BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Karya Wisata merupakan
kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan diluar sekolah
sehingga siswa dapat
mengkaitkan antara hasil
pembelajaran yang dilaksanakan dibantu sekolah
dengan dunia nyata sesuai
dengan kurikulum tingkat
satuan pendidikan.
Karya Wisata merupakan
suatu kegiatan untuk
memperluas cakrawala wawasan,pengetahuan. Mempererat persaudaraan, memperkokoh persatuan serta mengenal
berbagai lingkungan hidup atau
budaya bangsa sehingga siswa mempertebal
rasa cinta terhadap
budaya sendiri.
1.2
Tujuan Kunjungan
Tujuan
dari kunjungan ini
antara lain :
1.
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih
luas.
2.
Menambah pengetahuan tentang
daerah yang kami
kunjungi.
3.
Mempelajari dan melestarikan
kebudayaan daerah yang
kami kunjungi.
4.
Mengetahui sejarah tentang
Danau Ranau,Goa Putrid,dan
Curup Tenang ( bedegung ).
1.3
Manfaat Kunjungan
Manfaat
dari kunjungan antara
lain :
1. Mengenal tempat-tempat
yang menjadi cirri khas
Oku Selatan.
2. Mengetahui asal
usul dari tempat Danau
Ranau,Goa Putri,dan Curup Tenang ( bedegung ).
3.
Mempererat kerja sama dan
kebersamaan antar sesama.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kesenian dan Budaya Sebagai Ciri Khas
Kepribadian Bangsa Indonesia
Indonesia atas bebagai suku,bahasa dan agama yang
berbeda.suku jawa adalah grup etnis terbesar dan masih banyak suku dengan adat
dan budaya yang berbeda.jawa timur dan jawa tengah adalah bagian
dari etnis jawa yang secara budaya dan
geografis dekat dengan pulau bali ,semboyan nasional indonesia adalah “bhinneka tunggal ika” (“berbeda-beda
tetapi tetap satu”), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki
populasi padat dan wilayah yang luas, indonesia memiliki wilayah alam yang
mendukung tingkat keaneka
ragaman hayati terbesar yang dipersatukan dalam satu
negara yaitu Indonesia.
2.2 Objek wisata faktor pndukung dan faktor
penghambat
Banyak keunggulan yang dimiliki kawasan wisata
selekta,candi prambanan,candi borobudr,kebun binatang gembira loka dan kawasan
malioboro di jogja yang dapat
dikembangkan untuk menjadi sebagai daya tarik wisata, namun sampai sekarang pengembangan kawasan wisata ini
masih belum dilakukan secara optimal sehingga masih perlu ditingkatkan
pengunjung untuk menuju kawasan wisata
ini .
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan Study Tour Ini Di Laksanakan Pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 13 Desember 2015
3.2 LOKASI KUNJUNGAN
a. Danau
Ranau
b. Goa
Putri
c. Curup
Bedegung
3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Metode
Wawancara
Data dapat diperoleh dari mendengarkan penjelasan dari pemandu
tentangobjek wisata yang kami kunjungi dan kami mewawancarai pemandu wisata
tersebut.
2. Metode
Observasi / Pengamatan
Metode pengamatan dilakukan dengan melakukan
pengamatan secara langsung dilapangan.
3. Metode
Kaji Pustaka
Kami juga memanfaatkan brosur-brosur,buku
panduan,dan membuka situs-situs tentang
objek wisata yang ada di internet sebagai pelengkap bahan.
4. Metode
Dokumentasi
Kami mengambil gambar atau foto objek wisata yang
kami kunjungi.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Danau
ranau
AWALNYA adalah letusan yang dahsyat dari sebuah
gunung berapi. Letusan itu mengakibatkan tanah terbelah menjadi semacam jurang
yang memanjang. Sungai besar yang sebelumnya mengalir di kaki gunung berapi itu
kemudian menjadi sumber air utama yang mengisi belahan akibat letusan itu.
Air terus-menerus mengalir ke dalam belahan yang
menyerupai lubang besar. Dan lama-kelamaan lubang besar penuh dengan air. Lalu,
di sekeliling danau baru itu mulai ditumbuhi berbagai tanaman, di antaranya
tumbuhan semak yang oleh warga setempat disebut ranau. Maka danau itu pun
dinamakanlah Danau Ranau.Itulah legenda terjadinya Danau Ranau. Sisa gunung api
itu kini menjadi Gunung Seminung yang berdiri kokoh di tepi danau berair jernih
tersebut.
Dari masa ke masa, Danau Ranau menjadi saksi kisah
dan legenda masyarakat Banding Agung. Salah satu kisahnya adalah legenda Si
Pahit Lidah dan Si Mata Empat. Mereka berdua adalah dua jawara yang amat
disegani oleh lawan-lawannya.
Karena masing-masing jawara itu penasaran dengan
kekuatan lawan, suatu kali mereka bertemu untuk mengadu kesaktian. Pertarungan
itu bukan pertarungan kemampuan bela diri, tetapi menguji kesaktian. Pemenang
ditentukan dengan cara masing-masing kesatria itu bergantian tidur menelungkup
di bawah rumpun bunga aren. Siapa yang mampu menghindari terjangan bunga aren
yang dipotong, menjadi pemenang.
Disepakati Si Mata Empat yang terlebih dulu tidur
menelungkup di bawah bunga aren itu. Ketika bunga aren dipotong oleh Si Pahit
Lidah dan deras menghujam ke tanah, ternyata dengan gesit Si Mata Empat mampu
menghindar. Itu karena Si Mata Empat memiliki dua mata di belakang kepalanya
hingga dengan mudah menghindar ketika bunga aren yang lebat dan berat itu
meluncur ke bawah.
Giliran Si Pahit Lidah tidur menelungkup di bawah
gugusan bunga aren itu. Si Mata Empat kemudian memanjat pohon dan memotong
bunga aren. Gugusan bunga yang berat itu segera menghujam tubuh Si Pahit Lidah.
Ia tewas karena tidak mampu menghindar dari terjangan gugusan bunga aren.
Si Mata Empat menang, namun ia penasaran. Sebuah
pertanyaan mengganggu dalam hatinya, “Benarkah lidahnya pahit seperti
julukannya?” tanya Si Mata Empat dalam hati.
Dengan penasaran ia kemudian mencucukkan jarinya ke
mulut Si Pahit Lidah yang tewas. Lalu perlahan-lahan jari yang telah mengenai
liur Si Pahit Lidah itu diisap oleh Si Mata Empat. Ternyata air liurnya
mengadung racun sehingga Si Mata Empat pun mati.
Mereka kemudian dimakamkan di tepi danau tersebut.
Mereka menjadi bagian makam leluhur warga Ranau yang disemayamkan di sekitar
danau tersebut. Karena itu, setiap kali warga Ranau berziarah ke makam mereka
sebelum mengadakan hajatan besar, semisal Festival Danau Ranau, Juli lalu.
Warga Banding Agung mengatakan, kedekatan dengan
para leluhur itu merupakan bagian dari hidup warga setempat. Mereka memiliki
penghormatan pada tradisi itu. Warga menjaga dengan sungguh-sungguh warisan
alam itu dengan baik. Oleh karena itu, keaslian Danau Ranau tetap terjaga, dan
tak ada yang memungkiri keelokan danau tersebut.
DANAU Ranau memang memiliki pesona. Bagamaina tidak?
Bekas letusan gunung berapi tersebut seolah membentuk panggung alam yang elok.
Gunung Seminung yang menjulang 1.880 meter di atas permukaan laut menjadi latar
belakang yang penuh dengan nuansa magis. Tebing dan barisan perbukitan menjadi
pagar pembatas panggung megah itu.
Hamparan sawah yang hijau berpadu dengan air Danau
Ranau yang biru seolah menjadi pelataran tempat berbagai jenis ikan berenang,
menari. Butir-butir kopi yang merah seakan-akan menjadi pemanis keindahan itu.
Keelokan itu menjadi lengkap dengan bingkai indah pantai berpasir dan kerikil
putih yang ada di sepanjang tepi danau itu.
Pada pandangan pertama, kesemarakan alam itu memikat
mata. Penat karena harus duduk melipat kaki di mobil perlahan hilang, berganti
kesejukan ketika merendam kaki telanjang ke dalam air danau yang dingin. Air
terjun yang indah dan pemandian air panas membuat segala kejenuhan lenyap.
Tubuh pun segar kembali.
Namun sayang, kekayaan itu tak tergarap apik.
Tebaran pesona Danau Ranau yang memikat terasa kurang mengikat dan membekaskan
niat untuk kembali lagi, lantaran sebagai kawasan wisata Danau Ranau yang
luasnya lebih dari 44 kilometer persegi itu belum memiliki daya dukung yang
memadai.
Setidaknya hanya terdapat dua losmen dan satu hotel
kecil di Banding Agung, sebuah kecamatan yang berada di tepi danau tersebut.
Kalaupun ada wisma yang lebih bagus itu adalah sebuah peristirahatan yang
dikelola oleh PT Pusri. Selebihnya adalah home stay yang dikelola warga. Tiap
kamar di rumah penduduk yang disewakan sebagai home stay itu dihargai Rp
30.000.
SAYANG memang, kawasan yang masih asli itu belum
digarap dengan sungguh-sungguh. Promosi pariwisata yang digalang Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, lewat Festival Danau
Ranau belum juga memancing minat investor. Promosi yang digalakkan oleh
Pemerintah Kabupaten Lampung Barat lewat Festival Teluk Setabas pun hingga kini
belum juga mendatangkan investasi.
Pengelolaan kawasan yang berada di dua kabupaten dan
dua provinsi itu tampaknya membutuhkan angin segar atau napas baru agar
keelokan Danau Ranau terus berdetak dan menggetarkan minat pelancong untuk
datang kembali.
Memang ada baiknya jika kedua pemerintah daerah itu
melakukan share untuk mengelola kawasan itu sehingga mampu mendatangkan
kemakmuran bagi warga di sana. Sayang jika setelah kelelahan akibat perjalanan
selama enam jam dari Bandar Lampung, Danau Ranau kurang membangkitkan minat
untuk kembali lagi.
Mungkin perlu disiasati dengan membangun tempat
wisata yang meskipun kecil tetapi membuat pelancong tidak jenuh. Pemerintah
Kabupaten Lampung Barat sudah mencoba membuat gardu pandang di sebuah bukit
antara Liwa dan Bukit Kemuning. Sayangnya, gardu pandang itu juga kurang
dirawat dengan baik. Selain itu, pemandangan di kaki bukit masih didominasi
perkebunan kopi yang masih baru.Danau Ranau memang belum ada apa-apanya jika
dibandingkan dengan Danau Toba di Sumatera Utara. Kawasan yang terletak di kaki
Puncak Pusubuhit itu memiliki sarana perhotelan dan jaringan jalan yang bagus.
Meskipun terus terancam pembabatan hutan, pada
bagian tertentu hutan pinus di kawasan itu tetap dijaga. Selain itu, adat
kebiasaan setempat serta potensi lokal dipelihara sehingga mengundang
turis-baik dalam maupun luar negeri-selalu ingin kembali lagi ke sana.Waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai kawasan kedua danau tersebut tidak jauh berbeda.
Dari Medan dibutuhkan waktu sekitar esmpat jam untuk mencapai Parapat,
kecamatan yang berada di tepi Danau Toba. Sementara itu juga dibutuhkan waktu
lima jam hingga enam jam dari Bandar Lampung untuk mencapai Danau Ranau.
Waktu yang panjang setidaknya dapat disiasati dengan
pariwisata yang mengetengahkan perkampungan adat, sejarah perkebunan lada, atau
pariwisata perkebunan. Itu perlu dilakukan karena jalur menuju Danau Ranau juga
melewati Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, yang menyimpan sejarah kejayaan
perkebunan lada masa silam. Selain itu, di sepanjang jalan menuju Danau Ranau
banyak terdapat rumah tradisional Lampung.
Jika kawasan itu dikelola dengan baik, tidak
tertutup kemungkinan perkampungan tradisional itu pun berkembang menjadi
kawasan wisata. Sekeliling danau ditumbuhi berbagai tumbuhan semak yang oleh
warga setempat disebut ranau. Maka danau itu pun dinamakan Danau Ranau. Sisa
gunung api itu kini menjadi Gunung Seminung yang berdiri kokoh di tepi danau
berair jernih tersebut.
Pada sisi lain di kaki gunung Seminung terdapat sumber air panas dari
dasar danau. Di sekitar danau ini juga dapat ditemui air terjun Subik. Tempat
lain yang menarik untuk dikunjungi adalah Pulau Marisa. Pulau Marisa sebenarnya
daratan yang terpisah dari kaki Gunung Seminung karena genangan air danau. Di
daratan yang luasnya tidak lebih dari satu hektar itu terdapat pohon-pohon
kelapa, dan pengunjung bisa sekadar mampir untuk menikmati keindahan secuil
daratan itu.
Danau Ranau memang memiliki pesona. Bagaimana tidak? Bekas letusan
gunung berapi tersebut seolah membentuk panggung alam nan elok. Gunung
Seminung menjulang 1.880 meter di atas
permukaan laut menjadi latar belakang dengan nuansa magis. Tebing dan barisan
perbukitan menjadi pagar pembatas panggung megah itu.
Hamparan sawah hijau berpadu dengan air Danau Ranau yang biru seolah
menjadi pelataran tempat berbagai jenis ikan berenang. Butir-butir kopi yang
merah seakan-akan menjadi pemanis keindahan itu. Keelokan itu menjadi lengkap
dengan bingkai indah pantai berpasir dan kerikil putih di sepanjang tepian.
Kawasan Danau Ranau belum digarap dengan sungguh-sungguh. Promosi
pariwisata yang digalang Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ogan Komering Ulu,
Sumatera Selatan, lewat Festival Danau Ranau belum memancing minat investor
secara maksimal. Promosi yang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung
Barat lewat Festival Teluk Setabas pun hingga kini belum mendatangkan
investasi.
Danau Ranau dari sisi Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan maupun Liwa,
Lampung Barat, sama-sama indah. Wisatawan ingin kembali ke sana, meskipun hanya
berperahu atau sekadar menikmati deburan ombak. Pesona Danau Ranau tetap
mengundang keinginan datang kembali.
Pengunjung yang tidak suka berperahu bisa menghabiskan waktu dengan
beristirahat di penginapan. Di tepi Danau Ranau terdapat beberapa penginapan,
yakni Seminung Lumbok Resort, Kotabatu di Banding Agung, dan cottage PT Pusri
di Sukamarga. Di kawasan wisata itu juga terdapat obyek tambahan bagi
pengunjung, yakni air panas dengan
kekhasan sendiri, karena mengalir langsung dari lubang-lubang di tebing. Air
panas yang mengandung kadar belerang cukup tinggi ini terletak di Desa Air
Panas di kaki Gunung Seminung. Lokasinya persis di seberang cottage milik PT
Pusri di Sukamarga. Perjalanan dengan perahu motor dari Sukamarga ke lokasi air
panas hanya sekitar 20 menit.
Pengunjung bisa datang kapan saja dan menikmati air panas yang tak
pernah habis mengucur dari perut bumi tersebut. Saat berperahu motor di danau
dengan tujuan air panas, pesona keindahan Danau Ranau pun begitu terasa.
Ombaknya tidak terlalu besar, airnya biru bening, dan pesona alam sekelilingnya
yang bergunung-gunung, niscaya memberi kesan mendalam bagi pengunjung.
Air panas di tepian Danau Ranau mengucur langsung
dari celah-celah kaki Gunung Seminung. Ketika kaki dicelupkan ke aliran air
tersebut, rasa panas langsung menyengat. Pengunjung tidak sekadar mandi di air
hangat. Air panas itu dipercaya mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit
kulit.
Bagi pengunjung yang tidak mandi, mereka bisa
menikmati keindahan danau di sekitar air panas dengan duduk-duduk di warung
atau dermaga. Sejumlah warung makanan terdapat di lokasi itu, berdampingan
dengan kolam air panas. Di warung-warung inilah dijajakan hasil alam Gunung
Seminung, terutama alpokat dan petai.
4.2 Goa
putri
Bila anda sudah mencapai Baturaja dan Danau Ranau,
sempatkanlah untuk mengunjungi tempat Wisata Goa Putri yang sangat terkenal
dengan cerita mengenai seorang putri dengan perangkat istananya yang sudah
menjadi stalagtit dan stalagmit ini. Goa Putri ini terletak di Desa Padang
Bindu, Kecamatan Pengandonan, sekitar 35 km dari kota Baturaja.
Letak Goa Putri sangat mudah dicapai karena letaknya
yang tidak jauh dari jalan raya utama lintas Baturaja-Prabumulih-Palembang. Di
jalan masuk ke arah Goa Putri, terdapat sebuah jembatan besi di atas Sungai
Ogan dan ada papan penunjuk arah ke Goa Putri dengan tulisan Objek Wisata Goa
Putri. Dari atas jembatan anda bisa melihat aktivitas masyarakat desa yang
sedang mencuci dan mandi di sungai tersebut. Namun ada salah satu hal yang
menarik di sungai tersebut, yaitu adanya sebuah batu yang seolah "tumbuh"
di tengah sungai. Batu tersebut kini mulai ditumbuhi rerumputan yang menutupi
bentuk aslinya. Konon menurut cerita yang berkembang di masyarakat, batu inilah
yang dikisahkan dalam legenda sang Putri Balian yang dikutuk menjadi batu oleh
seorang yang sakti mandraguna di masa itu yang bernama Si Pahit Lidah.
Tidak jauh dari sungai tersebut, kira-kira 1 km,
anda bisa menemukan sebuah goa yang oleh penduduk setempat disebut Goa Selabe
atau yang sekarang disebut Goa Putri. Panjang goa ini lebih dari 150 meter dan
masih sangat alami serta tidak tembus, artinya kita harus kembali menuju jalan
masuk bila akan keluar. Goa ini belum dipasangi listrik hanya pada bagian depan
saja yang sudah dipasangi listrik, sehingga pengunjung yang datang melihat Goa
Putri tidak bisa singgah hingga ke dalam. Untuk yang gemar berpetualang tidak
akan ada halangan, dengan berbekal lampu senter sudah cukup untuk masuk ke goa
tersebut.
Tidak bisa dipastikan kapan goa ini ditemukan, tapi
menurut cerita yang berkembang, memang goa ini sudah ada sejak dulu dan
masyarakat sekitar menyebutnya Goa Putri yang dalam bahasa setempat disebut
Susumen Dusun. Susumen berarti goa dan dusun berarti desa.
Menurut legenda yang dipercaya sampai sekarang, dulu
tinggallah seorang Putri Balian bersama keluarganya. Suatu ketika, Sang Putri
mandi di muara Sungai Semuhun (sungai yang mengalir dalam goa, bermuara di
Sungai Ogan), persis pada pertemuan sungai dengan Sungai Ogan.
Pada suatu saat, kebetulan seorang pengembara sakti
lewat, yang dikenal dengan nama Si Pahit Lidah. Melihat Sang Putri yang hendak
mandi di sungai, Si Pahit Lidah mencoba menegur. Namun tidak diperdulikan sama
sekali oleh Sang Putri. Sampai beberapa kali Si Pahit Lidah menegur Sang Putri,
tetap saja tidak dihiraukan oleh Sang Putri. Si Pahit Lidah kemudian menggumam,
"Sombong benar si Putri ini, diam seperti batu saja.." Gumaman itu
langsung mengenai Sang Putri, sehingga serta merta Sang Putri berubah menjadi
batu. Itulah batu yang terdapat di Sungai Ogan.
Si Pahit Lidah kemudian melanjutkan perjalanannya.
Tak disangka sampailah sang pengembara di depan lokasi yang sekarang menjadi
goa. Si Pahit Lidah kemudian menggumam lagi."Katanya ini desa, tapi tidak
kelihatan orangnya, seperti goa batu saja." Dan jadilah tempat itu sebagai
goa batu. Itulah legenda terjadinya Goa Putri.
Memasuki Goa Putri, banyak keindahan alam yang
ciptaan Tuhan yang menakjubkan dapat anda saksikan. Bagaikan peninggalan
kerajaan pada zaman dahulu yang telah runtuh namun masih utuh. Dinding goa yang
dipenuhi stalagmit dan stalagtit menambah keindahan goa tersebut. Pada pintu
masuk dapat anda lihat patung seekor singa yang seolah-olah sedang menjaga
pintu. Sementara di dalam goa terdapat tempat peraduan Sang Putri, pelaminan
Sang Putri lengkap dengan gambar mahkota di atasnya, singgasana raja serta
lumbung padi yang kesemuanya itu sudah berbentuk batu. Yang lebih menarik lagi
adalah adanya ruang keluarga raja lengkap dengan "wastafel" untuk
mencuci tangan. Di sana terdapat aliran air yang sangat bersih dan dingin.
Menurut cerita orang-orang yang di sana, jika anda mencuci muka dengan air
tersebut bisa membuat anda awet muda, kulit muka tidak kelihatan tua.
Kisah tentang Goa Putri ini memang penuh misteri,
entah kapan bisa terungkap. Mungkin hanya keajaiban alam biasa seperti kata
seorang antropolog dari Bandung yang pernah melakukan studi di sini. Dia
menyatakan bahwa Goa Putri dan kawasan sekitarnya adalah bekas lautan luas
berusia 350 tahun sebelum masehi dan yang menjadi goa itu hanyalah sebuah batu
karang.
· Si
Pahit Lidah
Siapa sebenarnya Si Pahit Lidah itu? Kalau anda
pernah menonton film yang dibintangi oleh Advent Bangun sebagai Si Pahit Lidah,
tentu anda akan mengenal legenda Si Pahit Lidah. Mengapa setiap kata-kata yang
keluar dari lidahnya begitu "manjur" sehingga orang pun bisa berubah
menjadi batu atau desa berubah menjadi goa batu.
Dari mana asal muasalnya Si Pahit Lidah? Sang
pendekar ini sebenarnya hanyalah seorang pembantu yang bekerja pada seorang
Kiai sakti. Setelah sekian lama bekerja pada Kiai, ia lalu berkeinginan meminta
ilmu pada Kiai tersebut. Suatu saat Sang Kiai sudah merasa bosan karena
berkali-kali mendengar permintaan pembantunya.
Karena si pembantu berkeinginan untuk segera pulang
ke kampung halamannya, maka dipanggillah lelaki muda itu untuk menghadap Kiai.
Kemudian Sang Kiai meminta lelaki itu untuk membuka mulutnya. Pada saat
mulutnya terbuka, Sang Kiai lalu membuang ludah ke dalamnya. "Katanya kamu
minta ilmu, ya itulah ilmu yang saya berikan, sekarang kamu boleh pulang",
kata Sang Kiai. Nah kesaktian lelaki itu kemudian ternyata terletak pada
lidahnya. Setiap kata-kata yang keluar dari lidahnya sungguh berbahaya karena
semua bisa menjadi kenyataan.
Si Pahit Lidah juga mempunyai teman yang sakti yang
dikenal dengan nama Nenek bermata empat atau Puyang Mata Empat. Keduanya ingin
mengadu kesaktian dengan memilih tempat di sekitar Danau Ranau. Keduanya juga
sepakat dengan cara saling ditimpa dengan buah aren, persis di bawah pohon
aren. Yang pertama duduk di bawah pohon aren adalah Nenek Bermata Empat dan Si
Pahit Lidah naik ke atas pohon aren dan memotong serangkaian buah aren. Begitu
rangkaian buah aren jatuh persis di atas ubun-ubun kepala, Nenek Bermata Empat
dengan mudah mengelak, karena ia bermata empat. Kendati Si Pahit Lidah marah-marah
karena tidak bisa mengalahkan Nenek Bermata Empat tapi ia tetap harus
menghormati perjanjian dan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.
Giliran Si Pahit Lidah untuk duduk di bawah pohon
aren dan Nenek Bermata Empat naik ke atas pohon aren untuk memotong buah aren.
Begitu tangkai buah aren dipotong, rangkaian buah itu jatuh persis di atas
kepala Si Pahit Lidah. Tanpa bisa mengelak, karena Si Pahit Lidah tidak bisa
memprediksi saat jatuhnya rangkaian buah aren itu, lelaki itu akhirnya mati
konyol.
Karena penasaran, Nenek Bermata Empat ingin
mengetahui lebih jauh mengapa sang jagoan bergelar Si Pahit Lidah, lalu ia
mencicipi lidahnya. Dan apa yang terjadi kemudian? Sekonyong-konyong Nenek
Bermata Empat itu langsung mati karena lidah Si Pahit Lidah mengandung
kesaktian.
Kabarnya, makam Si Pahit Lidah berada di hutan yang
berada di kawasan Danau Ranau. Sayangnya tidak banyak yang tahu tentang hal ini
termasuk warga setempat. Sebenarnya berbagai legenda yang ada di Danau Ranau
dan sekitarnya ini sangat potensial untuk dikemas sebagai paket wisata khusus.
Saat anda akan memasuki Goa Putri anda akan
menemukan sebuah suguhan menarik yang dapat membuat anda meresapi nilai
Historis Goa Putri.Kunon menurut legenda, Dahulu disini pernah hidup seorang
putri bernama Puteri Dayang Merindu bersama keluarganya. Pada suatu hari Sang
Puteri sedang mandi di muara sungai Semuhun, lewatlah seorang pengembara
ditempat itu. Tatkala melihat Sang Puteri timbul perasaan ingin menyapa, namun
saat itu tidak mendapat perhatian sama sekali sehingga dia merasa gusar.
“Sombong sekali puteri ini, diam seperti batu” ujarnya. Tiba-tiba saja tubuh
Puteri Dayang Merindu berubah menjadi batu. Kemudian Sang Pengembara memasuki
desa, ketika tampak desa yang sepi karena penduduk sedang bekerja disawah dia
kembali berkata “Katanya desa tetapi sepi seperti goa batu”. Dan seperti tadi
desa tersebut berubah menjadi goa batu.Ternyata Pengembara tersebut adalah Si
Serunting Sakti yang dijuluki Si Pahit Lidah, yang bila menyumpah semua yang
terkena akan menjadi batu.Demikianlah menurut legenda asal mulanya Goa Puteri
yang sekarang menjadi Obyek Wisata di Kabupaten Ogan Komering Ulu.
4.3 Curup
bedegung
Air Terjun Curup Tenang (bedegung) Merupakan air terjun tertinggi di
Sumatera Selatan dan merupakan objek wisata andalan bagi sumsel khususnya Kab.
Muara Enim . Lokasi air terjun Curup terletak di Desa Bedegung, Kecamatan
Tanjung Agung, sekitar 56 km di selatan Muara Enim, jikalau ditempuh dari kota
baturaja kurang lebih berjarak 80 Km dengan waktu tempuh 1,5 jam. Sedangkan
dari kota Palembang dapat ditempuh selama lebih kurang dari 4 jam.
Air terjun tertinggi di Sumatera Selatan ini
memiliki tinggi 99 meter, Sumber mata airnya berasal dari celah Bukit Barisan
dan ke bawah membentuk sebuah sungai kecil yang deras. Curup tenang atau juga
warga sekitar menyebutnya Curup Bedegung merupakan objek wisata alam andalan
daerah ini.Harga tiket bervariasi, apabila pengunjung datang pada saat liburan
maka harga tiket cenderung lebih mahal. Apabila pengunjung ingin bermalam, ada
beberapa tempat penginapan yang bisa anda gunakan yang letaknya cukup dekat
dengan curup ini. Selain menikmati keindahan air terjun, pengunjung juga bisa
menghibur diri di tempat pemancingan atau berarung jeram disungai deras
ini.Untuk memudahkan para pengunjung mendekati air terjun, tersedia jalan
setapak sepanjang 600 meter yang dibangun di tepi sungai dan sebuah jembatan
yang melintasi sungai kecil yang deras itu. Sedangkan di atas sungai tersedia
lapangan parkir, warung-warung yang menyediakan makan dan minuman. Dan agak ke
hilir, terdapat sebuah tempat pemandian alam dan tempat memancing, lengkap
dengan fasilitasnya.Bagi para pengunjung yang berasal dari tempat jauh, tempat
ini juga sudah dilengkapi dengan penginapan yang sudah cukup memadai.Air terjun
alami ini merupakan tempat rekreasi yang memberikan kesejukan bagi pengunjung
karena hembusan angin yang membawa butiran-butiran air yang berhamburan akibat
jatuh dari atas ketinggian.
Dibalik keindahan Air Terjun Bedegung ? Menurut
tokoh masyarakat Desa Bedegung, Sulton ( 60 ) .Sulton mengatakan berdasarkan
cerita para puyang (pendahulu) salah seorang Sultan Palembang meminta kepada
seluruh masyarakat desa terutama yang berada di sepanjang aliran Sungai
Batanghari Sembilan untuk mengumpulkan telur. Telur akan digunakan sebagai
perekat pembangunan benteng pertahanan dari serangan penjajah.Dalam perjalanan
pengumpulan telur, sultan melihat banyak gadis-gadis desa yang cantik. Ia pun
berniat mempersunting salah satunya sebagai istri. Ia pun memerintahkan
prajurit dan hulubalangnya untuk mengumpulkan para gadis. Namun dari setelah
terkumpul, sultan merasa belum ada yang cocok. Sampai akhirnya sultan menemukan
sebuah bangki emas yang hanyut di sungai. Sultan lalu memerintahkan prajuritnya
untuk mencari siapa pemilik bangki emas itu.
Setelah ditelusuri akhirnya diketahui pemilik bangki
emas itu adalah anak gadis Kerio Carang.Untuk memastikannya lalu Sultan bersama
prajuritnya mendatangi rumah Kerio Carang, dan ternyata tebakannya tidak
meleset. Sultan pun mengutarakan maksudnya ingin membawa putri Kerio Carang
untuk dijadikan permaisuri. Mendengar keinginan Sultan, baik Kerio Carang
maupun putrinya tidak setuju. Merasa keinginannya ditolak Sultan tidak terima,
sehingga sempat terjadi perkelahian.Namun ternyata Kerio Carang dan putrinya
bukan orang sembarangan. Mereka memiliki kesaktian sehingga berhasil lolos dari
tangkapan Sultan. Dalam upaya melarikan diri, akhirnya putri Kerio Carang,
memilih bermukim di hutan di Desa Bedegung, tepatnya di lokasi Air Terjun
Bedegung sekarang. Setelah sekian lama bersembunyi dari kejaran Sultan
Palembang, putri merasa kesepian. Ia pun sesekali keluar ke desa terdekat.
Kecantikan putri pun dikenal luas oleh masyarakat desa. Namun di balik
kecantikannya itu, putri ternyata sangat kesepian. Ia pun sering pulang ke
rumah orangtuanya dan menangis tak kunjung henti. Kasihan dengan putrinya,
akhirnya Kerio Carang mendatangi Desa Bedegung dan menemui dua puyang, yakni
puyang Bukit, dan puyang Tenang .
Kedatangannya tersebut meminta kepada dua puyang
tersebut untuk memberi nama kepada putrinya supaya tidak menangis lagi. Jika
nama tersebut cocok ia akan memberikan imbalan hadiah. Nama yang diberikan
Puyang Bukit ternyata tak mampu menghentikan tangisan putri. Baru giliran
Puyang Tenang yang memberinya nama Putri Dayang Rindu, tangisan sang putri
akhirnya berhenti.Setelah sekian lama, akhirnya Sultan dan prajuritnya
mengetahui keberadaan sang Putri Dayang Rindu. Lalu ia bersama prajuritnya
menuju ke Desa Bedegung dan melakukan pencarian ke tempat persembunyiannya di
Air Terjun Curup Tenang. Setelah ditemukan, Putri Dayang Rindu tetap menolak
keinginan Sultan. Akhirnya Sultan semakin marah dan memotong tubuh putri
menjadi dua bagian. “Itulah cerita legenda tentang Air Terjun Curup Tenang,”
ungkap Sulton.
Curup bedegung sangatlah indah. Didukung suasana
alamnya yang masih asri, air terjun Curup Bedegung menawarkan pesona yang
mengagumkan. Dengan ketinggian 99 meter, kesejukan airnya begitu menggoda
pengunjung untuk segera menikmatinya.
Bagi Para traveler, nama air terjun Curup Bedegung
mungkin masih asing. Padahal, sebagaimana air terjun lainnya yang sudah cukup
ternama seperti Tawang Mangu di Solo atau Coban Rondo di Malang, Curup Bedegung
juga menawarkan pesona alam yang mengagumkan. Keindahan alam dan panorama yang
ditawarkan air terjun berketinggian 99 meter ini akan sulit dilupakan pecinta
jalan-jalan. Sejuknya air yang mengalir di sungai dari aliran air terjun,
lengkap dengan atmosfir pedesaan segera dapat Anda rasakan.
Dari letaknya, Curup Bedegung memang kurang
menguntungkan, karena jauh dari pusat kota Palembang, Sumatera Selatan. Jarak
tempuh antara Palembang ke air terjun ini sekitar 4-5 jam. Belum lagi jalanan
yang semakin menyempit dan berkelok-kelok ketika mendekati desa Bedegung. Meski
begitu, jangan lewatkan perjalanan Anda dengan tertidur, sebab Anda akan
disuguhi pemandangan indah Sungai Lematang yang jernih.
Jika Anda berkunjung di musim buah durian, di sisi
kanan kiri jalan akan banyak orang yang membawa hasil kebun mereka di
keranjang. Coba saja hentikan salah satu dari mereka dan tawar harga dari
makanan raja-raja ini. Jangan kaget jika harga durian tersebut sangat murah,
serta bisa langsung dibuka dan dimakan di tempat. Anda bisa menikmati durian
yang manis dan harum sambil melihat aliran sungai.
Selain masih asli, panorama Curup Bedegung makin
lengkap dengan dukungan suasana alam yang sejuk, hijau, dan damai. Belum banyak
sentuhan tangan manusia di sana sini. Di bawah air terjun ini terdapat
batu-batuan besar yang memungkinkan kita mendekat ke air terjun. Aliran sungai
dari air terjun cukup deras di bagian yang mengecil, dan tenang di bagian
sungai yang agak melebar. Pengunjung dapat bermandi ria atau sekadar merendam
kaki di sini.
Bagi yang hobi arung jeram, arus sungai Lematang
yang cukup liar ini bisa dipakai untuk menjajal kemampuan. Sungai ini pun cukup
lebar seperti sungai-sungai lain di daerah Sumatera. Batu-batuan yang cukup
besar patut diwaspadai sebelum berarung jeram. Hanya saja, untuk arung jeram,
pengunjung harus datang rombongan dan melakukan pemesanan terlebih dahulu.
Transportasi
Walaupun berada di pelosok, bukan berarti Curup
Bedegung tidak dapat dicapai dengan transportasi umum. Jika berangkat dari
Palembang, Anda harus naik bus antar kota jurusan Muara Enim dengan tarif
Rp20.000 – Rp30.000.
Sesampai di terminal Muara Enim, lanjutkan dengan
angkutan desa ke terminal Tanjung Enim dengan ongkos Rp2.000. Anda masih harus
naik angkutan desa jurusan Semendo dengan tarif sekitar Rp9.000. Jangan segan
meminta kepada supir angkutan untuk mengantar sampai ke lokasi air terjun Curup
Bedegung. Sayangnya, transportasi ini hanya sampai sore di hari Minggu, dan
hanya sampai pukul 14.00 WIB di hari biasa.
BAB
V
LAPORAN
PERJALANAN
5.1 Persiapan
Pada hari sabtu tanggal 13 desember 2014, siswa
siswi MAN pagaralam berkumpul di depan sekolah,dalam rangka Study Tour ke Danau
ranau, goa putri, dan curup bedegung. Sebelum berangkat kami di suruh solat
maghrib terlebih dahulu, sesudah itu kami di suruh menunggu bus. Kira-kira 1
jam menunggu baru busnya dating, sebelum naik bus kami di suruh menyiapkan
makanan oleh guru pembimbing. Setelah itu kami berangkat menuju lokasi wisata.
5.2 Isi
Pada tanggal 13 Desember 2014,kami
menungggu bus dari
jam 17.00 hinggga akhirnya bus
itu dating pada
jam 20.00 WIB,ternyata kami
mendapat bus nomor
satu yang semua isinya
dari kelas xii ipa 1 dan xii ipa 2. Dalam perjalanan bus
kami sangat seru, semuanya bernyanyi bersama, tetapi di tengah-tengah
perjalanan ada yang mabuk, yaitu dewi ayu juniarti. Setelah sampai dirumah
makan ternyata kami tidak makan, banyak yang merasa lapar. Kira-kira sudah
istirahat dua kali dirumah makan, tetapi kami tetap belum di beri makan.
Pada hari minggu tanggal 14 desember 2014 tepatnya
pukul 06:00 kami pun sampai di man muara 2, kami pun di sambut hangat oleh
guru-guru man muara 2, dan kami pun di beri ruangan dan di tuntun untuk ke
ruangan, setelah itu kami pun istirahat di ruangan itu dan bersiap untuk mandi,
ternyata di wc pun ramai, banyak orang yang sedang mengantri untuk mandi.
Setelah pukul 08:00 kami pun di beri makan. Setelah makan kami di suruh
bersiap-siap untuk pergi ke danau ranau. Sebelum pergi ke danau ranau kami pun
di sambut oleh anak murid man muara dua dengan ektra kulikuler drumbandnya,
kami pun takjub dan kami pun di tantang untuk bermain drumband, kami pun tidak
ingin kalah, dan ternyata kami bermain bagus, man muara dua pun sangat takjub
dngan permainan Sebelum pergi ke danau
ranau kami pun di sambut oleh anak murit man muara dua dengan ekskul
drumbandnya, kami pun takjub dan kami pun di tantang untuk bermain drumband,
kami pun tidak ingin kalah, dan ternyata kami bermain bagus, man muara dua pun
sangat takjub dngan permainan kami.
Pukul 12 kami pun tiba di danau ranau untuk menuju
pemandian air panas, dalam perjalanan bus kami sangat heboh dan banyak yang
bernyanyi bersama, sekitar 2 jam perjalanan kami pun tiba dan kami telah di
tunggu oleh 5 perahu, yang masing masing perahu dapat menampung 30 siswa.kami
pun bergegas untuk naik perahu dan menyebrangi danau untuk menuju pemandian air
panas, sialnya perahu kami sangat lambat, yang lain sudah sampai, sedangkan
yang kami sangatlah lama.Setelah menempuh waktu 2 jam kami pun sampai di
pemandian air panas dengan menggunakan perahu. Banyak yang mandi, tetapi
pemandian air panasnya kering, dan terpaksa kami mandi di danaunya, banyak yang
menyewa ban untuk mandi seharga Rp5000 untuk satu orang, banyak yang menyewa
karena danaunya sangat dalam. Setelah mandi kami berfoto-foto oleh guru
pembimbing.
Sore pun tiba dan kami pulang ke man muara 2,
sekitar pukul 06:00 kami pun tiba di man muara 2, stelah sampai semua murid pun
bergegas untuk mandi, stelah mandi kami di suruh makan nasi bungkus, ternyata
di man muara 2 ada orgen tunggal khusus man muara 2, dan banyak yang bernyanyi.
Sekitar pukul 20:00 ternyata ada penyambutan dari man muara dua untuk kepala
sekolah,kedua kepala sekolah saling bertukar cendra mata.Sekalian kami pamitan
untuk besoknya pergi ke baturaja untuk mengunjungi wisata selanjutnya yaitu goa
puteri.
Sekitar pukul 23:50 kami di suruh ikut berjoget, dan
yang berada di dalam kelas di paksa untuk keluar karena untuk menjaga
kesopanan, padahal kami semua kelelahan, tetapi kami semua terpaksa untuk ikut
joget(orgenan). Buk darna marah marah karena banyak yang masuk kelas.
Keesokan harinya, sekitar pukul 8 kami pun pamitan
dengan para guru dan staf man muara dua untuk pergi ke baturaja menuju gua
puteri.
Pada tanggal 15 Desember 2014 pukul 08.30 ,pada saat
diperjalanan ada teman kami yang menangis didalam bis karena mabuk dan tak ada
yang menghiraukannya.Sekitar pukul 11.00 kami sampai diwisata gua puteri.
Setelah sampai semua siswapun takjub melihat keindahan gua puteri dan semuanya pun masuk,sebelum
masuk ke gua puteri kami disuruh memukul batu sebanyak tiga
kali pukulan,ternya di dalam gua pun sanngat indah.
Di dalam goa sangat indah dan ada batu yang terlihat
seperti 2 ekor harimau menurut legenda sedang menjaga putri saat ia mandi.
Banyak yang berfoto di dalam goa itu, dan banyak yang terlihat seperti
penampakan. Di dalam goa puteri banyak ruangan ruangan dan lampu warna-warni.
Di dalamnya terdapat ruangan-ruangan yang dulunya di gunakan oleh raja dan
puteri, diantaranya yaitu : singga sana raja, singga sana puteri, tempat puteri
mandi, lumbung padi dan sebagainya. Gua putrid ini terdiri dari dua lantai.
Namun pada lantai keduan jarank antara lantai dan langit-langit gua sangat
dekat, sehingga apabila berjalan harus sedikit merangkak.
Setelah semuanya keluar dari goa itu kami sangat
lama menunggu makan siang, sekitar setengah jam menunggu dan nasi pun sampai,
dan kami semua makan siang. Selain itu kami semua di goa putri membeli
oleh-oleh untuk kenang-kenangan.
Sekitar pukul 15.00 kami pun pergi ke wisata yang
ketiga yaitu curup bedegung,setelah sampai kami pun langsung bergegas menuju
curupnya dengan perjalanan sekitar 100 meter,setelah sampai pun ada teman-teman
kami yang mandi dan ada pula yang tidak. Sore haripun tiba,setelah semuanya
menikmati keindahan curup bedegung kami pun bergegas pulang ke pagaralam .
Pada pukul 17.00 kami pun bergegas pulang,sekitar
empat jam dalam perjalanan kami pun sampai di rumah makan dekat muara tenang
kami pun berhenti dan makan malam bersama.Setelah makan selesai kamipun
bergegas untuk pulang.
Sekitar pukul 22.30 kami pun sampai di MAN
pagaralam,setelah sampai semua teman-teman pulang ke rumahnya masing-masing.
5.3 Objek
Wisata
1. Danau
ranau
Letak Objek Wisata danau ranau
Provinsi : sumatera selatan
Kabupaten : Oku Selatan
Kelebihan dari wisata danau ranau adalah DANAU Ranau
memiliki pesona. Bagamaina tidak? Bekas letusan gunung berapi tersebut seolah
membentuk panggung alam yang elok. Gunung Seminung yang menjulang 1.880 meter
di atas permukaan laut menjadi latar belakang yang penuh dengan nuansa magis.
Tebing dan barisan perbukitan menjadi pagar pembatas panggung megah itu.
Hamparan sawah yang hijau berpadu dengan air Danau
Ranau yang biru seolah menjadi pelataran tempat berbagai jenis ikan berenang,
menari. Butir-butir kopi yang merah seakan-akan menjadi pemanis keindahan itu.
Keelokan itu menjadi lengkap dengan bingkai indah pantai berpasir dan kerikil
putih yang ada di sepanjang tepi danau itu.
2. Goa
putri
Letak Objek Wisata Goa putri :
Provinsi : sumatera selatan
Kota : Batu raja
Keistimewaan dari goa putri itu adalah Saat anda akan memasuki Goa Putri
anda akan menemukan sebuah suguhan menarik yang dapat membuat anda meresapi
nilai Historis Goa Putri.Kunon menurut legenda, Dahulu disini pernah hidup
seorang putri bernama Puteri Dayang Merindu bersama keluarganya. Pada suatu
hari Sang Puteri sedang mandi di muara sungai Semuhun, lewatlah seorang
pengembara ditempat itu. Tatkala melihat Sang Puteri timbul perasaan ingin
menyapa, namun saat itu tidak mendapat perhatian sama sekali sehingga dia
merasa gusar. “Sombong sekali puteri ini, diam seperti batu” ujarnya. Tiba-tiba
saja tubuh Puteri Dayang Merindu berubah menjadi batu. Kemudian Sang Pengembara
memasuki desa, ketika tampak desa yang sepi karena penduduk sedang bekerja
disawah dia kembali berkata “Katanya desa tetapi sepi seperti goa batu”. Dan
seperti tadi desa tersebut berubah menjadi goa batu.Ternyata Pengembara
tersebut adalah Si Serunting Sakti yang dijuluki Si Pahit Lidah, yang bila
menyumpah semua yang terkena akan menjadi batu. Demikianlah menurut legenda
asal mulanya Goa Puteri yang sekarang menjadi Obyek Wisata di Kabupaten Ogan
Komering Ulu
3. Curup
bedegung
Letak Wisata Curup Bedegung :
Provinsi : Sumatera Selatan
Kabupaten : Muara Enim
Didukung suasana alamnya yang masih asri, air terjun
Curup Bedegung menawarkan pesona yang mengagumkan. Dengan ketinggian 99 meter,
kesejukan airnya begitu menggoda pengunjung untuk segera menikmatinya.
BAGI para traveler, nama air terjun Curup Bedegung
mungkin masih asing. Padahal, sebagaimana air terjun lainnya yang sudah cukup
ternama seperti Tawang Mangu di Solo atau Coban Rondo di Malang, Curup Bedegung
juga menawarkan pesona alam yang mengagumkan. Keindahan alam dan panorama yang
ditawarkan air terjun berketinggian 99 meter ini akan sulit dilupakan pecinta
jalan-jalan. Sejuknya air yang mengalir di sungai dari aliran air terjun,
lengkap dengan atmosfir pedesaan segera dapat Anda rasakan.
Dari letaknya, Curup Bedegung memang kurang
menguntungkan, karena jauh dari pusat kota Palembang, Sumatera Selatan. Jarak
tempuh antara Palembang ke air terjun ini sekitar 4-5 jam. Belum lagi jalanan
yang semakin menyempit dan berkelok-kelok ketika mendekati desa Bedegung. Meski
begitu, jangan lewatkan perjalanan Anda dengan tertidur, sebab Anda akan
disuguhi pemandangan indah Sungai Lematang yang jernih.
Jika Anda berkunjung di musim buah durian, di sisi
kanan kiri jalan akan banyak orang yang membawa hasil kebun mereka di
keranjang. Coba saja hentikan salah satu dari mereka dan tawar harga dari
makanan raja-raja ini. Jangan kaget jika harga durian tersebut sangat murah,
serta bisa langsung dibuka dan dimakan di tempat. Anda bisa menikmati durian
yang manis dan harum sambil melihat aliran sungai.
Selain masih asri, panorama Curup Bedegung makin
lengkap dengan dukungan suasana alam yang sejuk, hijau, dan damai. Belum banyak
sentuhan tangan manusia di sana sini. Di bawah air terjun ini terdapat
batu-batuan besar yang memungkinkan kita mendekat ke air terjun. Aliran sungai
dari air terjun cukup deras di bagian yang mengecil, dan tenang di bagian
sungai yang agak melebar. Pengunjung dapat bermandi ria atau sekadar merendam
kaki di sini.
Bagi yang hobi arung jeram, arus sungai Lematang
yang cukup liar ini bisa dipakai untuk menjajal kemampuan. Sungai ini pun cukup
lebar seperti sungai-sungai lain di daerah Sumatera. Batu-batuan yang cukup
besar patut diwaspadai sebelum berarung jeram. Hanya saja, untuk arung jeram,
pengunjung harus datang rombongan dan melakukan pemesanan terlebih dahulu.
Walaupun berada di pelosok, bukan berarti Curup
Bedegung tidak dapat dicapai dengan transportasi umum. Jika berangkat dari
Palembang, Anda harus naik bus antar kota jurusan Muara Enim dengan tarif
Rp20.000 – Rp30.000.
Sesampai di terminal Muara Enim, lanjutkan dengan
angkutan desa ke terminal Tanjung Enim dengan ongkos Rp2.000. Anda masih harus
naik angkutan desa jurusan Semendo dengan tarif sekitar Rp9.000. Jangan segan
meminta kepada supir angkutan untuk mengantar sampai ke lokasi air terjun Curup
Bedegung. Sayangnya, transportasi ini hanya sampai sore di hari Minggu, dan
hanya sampai pukul 14.00 WIB di hari biasa.
Jika Anda ingin berlama-lama di Curup Bedegung, maka
Anda dapat menginap beramai-ramai di mess di dekat lokasi air terjun. Namun
jika tak punya banyak waktu, mungkin Anda dapat mencarter mobil. Tidak mudah
memang, tapi sebanding dengan jelajah alam yang akan Anda nikmati.
5.4 Bukti
Nyata
1. Foto
di curup bedegung
2. Foto
di danau ranau
3. Foto
di goa putri
4. Foto
di goa putri
5. Foto
legenda dari goa puteri
6. Foto
di danau ranau
7. Foto
di danau ranau
8. Foto
di danau ranau
9. Foto
bersama drumband MAN muara 2
10. Foto
bersama kelas XII ipa 1 di danau ranau
11. Foto
danau ranau
12. Foto di
atas perahu
13. Foto
bersama di curup bedegung
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian
yang kami lakukan
dapat disimpulkan bahwa
objek wisata yang
terdapat di Indonesia
sangatlah beraneka ragam , dan
Indah.Salah satunya yang
terdapat di Sumatera Selatan. Yaitu Danau
Ranau yang terletak di
kecamatan Banding Agung
Kabupaten Oku Selatan. Goa Putri
yang terletak di
Desa Pandang Bindu,Kecamatan Pengandonan,Sekitar 35 meter
dari Batu Raja. Dan
Curup Bedegung yang terletak
di Kecamatan Tanjung Agung ,Sumatera Selatan. Sebagai warga
Negara yang baik
sudah sepantasnya kita
menjaga dan melestarikannya agar
bisa meningkatkan devisa
Negara.
6.2 SARAN
Dari hasil penelitian
yang kami buat ,mungkin penyusunan
kami kurang baik
dan sempurna. Dan diharapkan
bagi pembaca diharapkan dapat memberikan kritik dan
saran untuk melengkapi
hasil penelitian kami.
0 komentar:
Post a Comment